Kamis, 20 November 2014

Prudential Syariah adalah sebuah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi berbasis syariah.
Prudential Syariah adalah produk asuransi syariah yang dirancang untuk merencanakan keuangan masa depan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, seperti merencanakan Dana Pendidikan dan Dana Pensiun sekaligus melakukan proteksi akan terjadinya potensi dari kebutuhan Dana Darurat selama proses menabung berjalan.
“Sebaik baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya”
“Pergunakanlah lima hal sebelum datangnya lima perkara : muda sebelum tua, Sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.”
“Semoga Hari ini lebih baik dari hari Kemarin, dan tentunya semoga hari Esok lebih baik lagi dari Hari Ini”
Produk Prudential Syariah sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Ada Dua jenis produk asuransi Prudential Syariah, yaitu:

  1. PRULink Syariah Investor Account
  2. PRULink Syariah Assurance Account

Manfaat Prudential Syariah PRULink Syariah Assurance account :

  • Manfaat kematian (death benefit)
  • Manfaat Cacat Tetap dan Total (Total & Permanent Disability)
  • Dapat menambahkan nilai uang pertanggungan (sum convered) setiap saat
  • Dapat melakukan penambahan kontribusi (Top-up) setiap saat
  • Dapat menentukan sendiri besarnya komposisi dari nilai proteksi dan nilai investasi
  • Dapat melakukan pengalihan dana (fund Switching)
  • Pilihan manfaat asuransi tambahan (riders) yang beragam
Produk Asuransi Prudential syariah selain yang menggabungkan unsur investasi, bagi mereka yang hanya ingin berinvestasi syariah maka prudential syariah juga menyediakan produk khusus untuk investasi syariah yaitu PRULink Syariah Investor Account.
Untuk lebih jelasnya berikut disampaikan penjelasan singkat Contoh Aplikasi dari program Prulink Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dari ilustrasi prudential syariah.

Aplikasi ilustrasi program perencanaan keuangan diatas lebih berorentasi pada DANA PENDIDIKAN + PROTEKSI dengan alokasi Kontribusi/Setoran setiap bulannya sebesar Rp 500.000,- dengan rincian sbb:
Dari Total Setoran Rp 500.000,- dialokasikan ke 2 bagian yaitu 1.utk Asuransi/Tabarru: 150.000/bulan, 2.Tabungan/Saver : 350.000/bulan dengan Jangka waktu Pembayaran min : 10 tahun.
Jika asumsi tingkat hasil investasi “TINGGI-15%”(tahun 2012 hasil investasi Prusyariah Manage Fund=10.16% dan Equity Fund=14.72%).
Maka Manfaat NILAI TUNAi / TABUNGANnya Sebesar:
1. Pd tahun ke 12 pada usia 18th (Usia Kuliah) total tabungan anak +/- 115,9 juta dan
2. Pd Tahun ke 10(usia 16th) total tabungan/nilai tunai +/- 90,4 jutaan, (biasanya diilustrasi pada halaman 3/7.kolom Usia)
Untuk Estimasi Nilai tunai Usia Lainnya bisa dilihat di ilustrasi halaman 3/7
Pada Produk PAA Prudential Syariah selain Manfaat Nilai Tunai/Tabungan, juga Ada manfaat Proteksi dengan jenis dan besaran manfaat sbb:
B.Proteksi/Manfaat asuransi PAA Prudential Syariah :
1.Jika terjadi hal yg tdk dikehendaki (meninggal/cacat total &tetap):
Uang klaim 70 jt (jika cacat total & tetap pemberian uang klaim akan diberikan 2 tahap: Pembayaran pertama 20%(14 jt), Pembayaran kedua 80%(56 jt) setelah satu tahun pembayaran pertama),
Klaim meninggal berlaku sd usia 99 tahun.mulai berlaku sejak data nasabah di terima oleh kantor pusat.
-jika meninggal karena kecelakaan SEBELUM berusia 55th manfaatnya adalah Rp 100jt
-jika meninggal karena kecelakaan SETELAH berusia 55th atau meninggal BUKAN karena kecelakaan sebelum usia 99th manfaatnya adalah Rp 70jt
2.Pru juvenile Crisis Cover syariah 34 :
Jika peserta memenuhi kriteria salah satu dari 32 kondisi kritis, setelah Pru juvenile Crisis Cover syariah 34 berlangsung 90 hari atau lebih, diberikan manfaat Asuransi sebesar 30juta sampai dengan tertanggung berusia 18 tahun
3.PADD :
Jika peserta cacat karena kecelakaan atau rawat jalan darurat karena kecelakaan dan usia Peserta tidak melebihi 55 tahun, diberikan manfaat Asuransi Sebesar 30 juta.
4.Pru Parent Payer syariah :
Apabila Ayah memenuhi kriteria salah satu dari 33 kondisi kritis/Cacat tetap&total/Meninggal, setelah Pru parent Payer berlangsung 90 hari atau lebih, Prudential akan membayarkan IURAN/KONTRIBUSI bulanan peserta sampai usia Peserta 25 tahun, Sebesar 6 juta/ tahun
5. PruMed
Jika tertanggung di rawat di Rumah Sakit minimal 2×24 jam akan di berikan biaya kamar/ruang rawat inap SAJA sebesar 160 ribu/malam mulai berlaku sejak polis berjalan 1 bulan / 30 hari.dan berlaku sd usia 55 tahun.
Note: Pembayaran kontribusi bulanan Prudential syariah memungkinkan bisa STOP Setelah tahun ke 10 atau lanjut sesuai keinginan Kita, Jika biaya premi asuransi selama Periode asuransi berlaku dari ilustrasi yg ada sudah memungkinkan bisa dibayarkan dari nilai tunai yg terbentuk dari hasil Investasi nilai tunainya

Menjadi Agen Prudential

Brosur menjadi agen prudentialSaat ini menjadi agen Prudential adalah Karir dan kesempatan untuk mendapatkan Income yang dicari banyak orang. Dari tahun ketahun peningkatan yang menjadi agen prudential terus bertambah dengan signifikan misal dari tahun 2009 saja jumlah yang menjadi agen prudential berjumlah 1.750 agen meningkat 80% dari tahun 2008 periode yang sama.
Sebelumnya bagi sebagian orang menjadi agen asuransi itu tidak menjanjikan, masih dianggap sepele, kerjanya tidak pasti. Saat ini menjadi agen Prudential sudah tidak dianggap sebagai orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak tetap tetapi menjadi agen prudential adalah sebuah pekerjaan yang memiliki karir yang menjanjikan karena selain tetap memiliki penghasilan juga setiap bulan dapat meningkatkan penghasilannya.
Segera Daftarkan Menjadi Agen Prudential
Penghasilan per Bulan rata-rata 3 – 12 JUTA pada Tahun Pertama, dan Penghasilan Tahun berikutnya Terus meningkat 100%*.
*tetap mengikuti sistem kerja yang ada
Peluang dan Sistem Kerja seperti ini telah dilakukan oleh Ribuan orang di Indonesia selama 18 Tahun dan di Dunia sejak tahun 1848M.
Dengan banyaknya yang menjadi agen prudential, maka prudential terus-menerus meningkatkan Kualitas para Agennya sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Salah satunya Prudential Indonesia telah menyediakan banyak Pusat pelatihan bagi tenaga pemasaran (PRUsales academy) yang tersebar lebih di 7 kota besar, dalam upaya berkelanjutan Perusahaan untuk terus mengembangkan pusat-pusat pelatihan bagi tenaga pemasaran agar dapat lebih baik lagi menjangkau agen dan calon agen, serta meningkatkan profesionalisme mereka di seluruh Indonesia dalam melayani kebutuhan masyarakat. Diantara kantor Pusat pelatihan Agen prudential tersebut diantaranya berada di Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Bandung, Batam, dan lainya.
Selain itu Prudential Indonesia sangat perhatian terhadap Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia salah satunya adalah dengan adanya lisensi khusus bagi yang menjadi agen prudential syariah yang mau menawarkan produk Prudential Syariah.
Pelatihan Paket Syariah Training diselenggarakan oleh pusat pelatihan Prudential di masing-masing kantor  PRUSales Academy yang disebut dengan pelatihan Prudential Syariah Training (PST).

Syarat Menjadi Agen Prudential :

- Pria/Wanita
- Umur diatas 20 tahun
- Pendidikan Minimal SMA
- Senantiasa Bekerja keras
- Bersedia dan Mau Mengikuti pelatihan
- Diutamakan yang sedang atau sudah Bekerja

Pelatihan yang harus diikuti untuk Menjadi Agen Prudential :

Sebelum Menjadi agen Resmi (Sebelum memiliki Lisensi AAJI)
- Training Past Start 3 hari (Free)
- Sertifikasi Nasional AAJI (Biaya Ujian Rp 150.000)
- Sertifikasi Nasional AASI (Biaya Rp 65.000,-)
Setelah Menjadi agen Resmi (Setelah memiliki Lisensi AAJI)
- Upgrade Knowladge 1x/Pekan (Free)
- AWS Training (Free)
- BSC Training (Free)
- Training Financial Planner (RFP)*
*Bagi yang sudah memenuhi syarah dan Biaya dipotong komisi
Tunggu apalagi Kesempatan ini tidak semua orang dapat Mendapatkan.
Silahkan Isi Form untuk Permohonan Pengisian Aplikasi Untuk Agen Di bawah Ini:
“Mohon Maaf untuk sementara Hanya beberapa Daerah, Kota atau Wilayah berikut yang kami Bisa Akomodir untuk Aplikasi Keagenannya, Kota-kota tersebut diantaranya Kab.Majalengka, Kuningan, Kota Sumedang, Kota Cirebon, Ciamis, Tasik, Garut, dan Kab.Pangandaran, Kota Bogor, serta Kota Batam, dan Kota Bandung.”

Senin, 17 November 2014

Manfaat Asuransi Jiwa – Bagi Keluarga
(Perlindungan Keluarga)
Manfaat Asuransi Jiwa  pada saat sekarang ini banyak sekali yang mulai merasakan dan sadar akan manfaatnya, hal ini di karenakan situasi dan keadaan hidup yang semakin tidak pasti dan beresiko baik itu resiko akan keselamatan kerja, kesehatan bahkan sampai resiko jiwa. Dengan memahami Manfaat Asuransi Jiwa maka kehidupan seseorang akan lebih terlindungi.
Asuransi jiwa dimiliki bukan untuk menjadikan seseorang tergantung akan asuransi maupun mendahului kehendak Tuhan, melainkan sebagi salah satu perlindungan untuk mengurangi resiko yang terjadi bukan hanya pada dirinya melainkan terlebih lagi pada keluarga yang dicintainya.
Kurang pahamnya masyarakat akan asuransi jiwa dapat dikatakan kurang baik karena dalam menjalani kehidupan tentu banyak resiko yang mungkin dihadapi walau tak mengetahui resiko apa yang akan terjadi bahkan untuk resiko yang terburuk sekalipun yang menimbulkan kematian. Setidaknya kita meninggalkan warisan untuk keluarga maupun anak cucu tercinta. Bukankah ini bijaksana dimana kita meninggalkan sesuatu yang baik dan berguna  bagi orang-orang yang kita cintai. Dengan demikian kita akan merasakan betapa besar manfaat Asuransi Jiwa.
Contoh Ilustrasi:
Bapak Bijak, pegawai Sumber Daya Manusia, tidak merokok, dan berusia 35 tahun menabung sebesar Rp. 2 juta/bulan
Manfaat yang diperoleh;
  1. Uang Pertanggungan jiwa sebesar Rp. 1.000.000.000,0 (1 Milyar)
  2. Manfaat Member RS (Kartu Pru HS 75 / Cashless );
    • Biaya Kamar RS sebesar Rp. 500.000,-/hari
    • ICU (Intensive Care Unit) sebesar Rp. 1.000.000,-/hari
    • Kunjungan Dokter Umum sebesar Rp. 200.000/hari
    • Kunjungan Dokter Spesialis sebesar Rp. 250.000,-/hari
    • Tindakan Operasi/Pembedahan;Biaya Aneka Perawatan RS sebesar Rp. 9.800.000,-
    • Biaya perawatan oleh Juru Rawat sebesar Rp. 250.000,-/hari
    • Fasilitas Ambulance sebesar Rp. 350.000,-
    • Manfaat Rawat Jalan sebelum Rawat Inap sebesar Rp. 1.500.000,-
    • Manfaat Rawat Jalan setelah Rawat Inap sebesar Rp. 1.500.000,-
    • Manfaat Rawat jalan Darurat Kecelakaan sebesar Rp. 5.000.000,-/tahun
    • Biaya Perawatan Kanker sebesar Rp. 54.000.000,-/tahun
    • Biaya Perawatan Cuci Darah (Dialisis) sebesar Rp. 15.000.000,-/tahun
  3. Manfaat Bebas Premi, Prudential akan membayarkan Premi Berkala hingga nasabah berusia 65 tahun (Jika nasabah memenuhi 33 criteria sakit kritis dan polis telah berjalan 90 hari lebih / atau telah 3 bulan).
  4. Manfaat Nilai Tunai (asumsi hasil investasi 15%);
    • Akhir tahun ke 10 usia nasabah 45 tahun : Rp. 242.172.000
    • Akhir Tahun ke 15 usia nasabah 50 tahun: Rp. 400.195
    • Akhir Tahun ke 20 usia nasabah 55 tahun: Rp. 686.173
Manfaat Asuransi Kesehatan
(Perlindungan Kesehatan)
Manfaat Asuransi Kesehatan  menawarkan solusi resiko atas biaya kesehatan sesorang atas ketidakmampuan dirinya sehingga ia harus mendapatkan perawatan Rumah Sakit.
Asuransi Kesehatan perlu direncanakan dengan baik untuk mengantisipasi keuangan seseorang agar tidak mengalami kendala bahkan kebangkrutan hanya karena masalah kesehatan. Kita sadari bahwa biaya kesehatandan Rumah Sakit saat ini sangatlah mahal bahkan untuk biaya kamar per hari saja bisa mencapai ratusan ribu ripuah belum obat-obatan, biaya kunjungan dokter dan lainnya. Selain itu asuransi kesehatan juga menjamin berapapun biaya yang dibutuhkan sesuai dengan plafon/kontrak polis yang berlaku.
Dengan memiliki asuransi kesehatan, sedikitnya kita sudah dijaminkan akan kesehatan dan pembiayaan Rumah Sakit sehingga beban yang timbul dialihkan kepada perusahaan asuransi. Hal ini akan menciptakan ketenangan dan terbebas dari rasa khawatir.
Segala kebijakan, keputusan maupun tindakan yang kita lakukan sekarang tentunya akan menentukan masa yang akan datang.
Contoh Ilustrasi:
Bapak Bijak, pegawai Sumber Daya Manusia, tidak merokok, dan berusia 35 tahun menabung sebesar Rp. 2 juta/bulan
Manfaat yang diperoleh;
  1. Uang Pertanggungan jiwa sebesar Rp. 250.000.000,-
  2. Uang Pertanggungan tambahan karena kecelakaan sebesar Rp. 100.000.000,- (s/d usia 70 tahun)
  3. Manfaat Member RS (Kartu Pru HS 75 / Cashless );
    • Biaya Kamar RS sebesar Rp. 1.000.000,-/hari
    • ICU (Intensive Care Unit) sebesar Rp. 2.000.000,-/hari
    • Kunjungan Dokter Umum sebesar Rp. 450.000/hari
    • Kunjungan Dokter Spesialis sebesar Rp. 500.000,-/hari
    • Tindakan Operasi/Pembedahan;
    • Biaya Aneka Perawatan RS sebesar Rp. 19.600.000,-
    • Biaya perawatan oleh Juru Rawat sebesar Rp. 300.000,-/hari
    • Fasilitas Ambulance sebesar Rp. 500.000,-
    • Manfaat Rawat Jalan sebelum Rawat Inap sebesar Rp. 3.000.000,-
    • Manfaat Rawat Jalan setelah Rawat Inap sebesar Rp. 3.000.000,-
    • Manfaat Rawat jalan Darurat Kecelakaan sebesar Rp. 10.000.000,-/tahun
    • Biaya Perawatan Kanker sebesar Rp. 108.000.000,-/tahun
    • Biaya Perawatan Cuci Darah (Dialisis) sebesar Rp. 30.000.000,-/tahun
  4. Manfaat Bebas Premi, Prudential akan membayarkan Premi Berkala hingga nasabah berusia 65 tahun (Jika nasabah memenuhi 33 criteria sakit kritis dan polis telah berjalan 90 hari lebih / atau telah 3 bulan).
  5. Manfaat Nilai Tunai (asumsi hasil investasi 15%);
  • Akhir tahun ke 10 usia nasabah 45 tahun : Rp.    265.447.000
  • Akhir Tahun ke 15 usia nasabah 50 tahun: Rp.    635.574.000
  • Akhir Tahun ke 20 usia nasabah 55 tahun: Rp. 1.355.266.

LAYANAN PRESENTASI PERUSAHAAN
Layanan ini kami berikan khusus untuk kategori perusahaan (baik besar, menengah, maupun kecil) sehubungan dengan Produk-produk Prudential yang banyak bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi karyawan/staff yang bekerja pada perusahaan. Kami memiliki banyak produk yang sangat cocok bagi perusahaan, seperti:
  • Program Dana Pensiun
  • Asuransi Kesehatan
  • Asuransi Kecelakaan, dsb.
Selain biaya premi yang terjangkau, produk-produk kami memiliki keunggulan lain yaitu premi yang tidak hangus, memiliki rider (manfaat) yang dapat dipilih sesuai kondisi tertanggung. Sangat fleksibel dan menguntungkan. Produk kami dapat diikuti secara kolektif perusahaan maupun pribadi.
Kami akan menyampaikan semua informasi produk yang kita punya kepada Perusahaan secara cuma-cuma, dan tidak ada kewajiban/keharusan untuk membeli produk kami. Sudah menjadi tanggung-jawab kami untuk men-sosialisasikan produk yang sangat bermanfaat ini.
Durasi penyampaian sekitar 30 menit, dan dapat dilanjutkan dengan tanya jawab singkat. Diharapkan presentasi ini tidak terlalu mengganggu jadwal kerja kantor/perusahaan, sehingga pemilihan waktu dan tempat presentasi selalu kami serahkan sepenuhnya kepada perusahaan dan kami akan mengikuti jadwal yang sudah ditentukan perusahaan.
Kami akan jelaskan secara tuntas dan lengkap serta solusi terbaik untuk perusahaan Anda.
Hubungi;
ARIF NURYANTO, S.KOM.I
082316586865
Pada umumnya, orang bekerja/usaha bertujuan untuk mendapatkan penghasilan/uang, dimana uang tersebut akan digunakan untuk biaya hidup. Bila ada sisa maka akan ditabung.
Tujuan menabung sendiri adalah;
  1. Untuk Dana Pendidikan Buah Hatinya (Anak-anak), bagi yg telah berkeluarga.
  2. Untuk Mada Depan/Dana Pensiun yg lebh baik.
  3. Untuk Dana Darurat.
Dapat dikatakan bahwa ketiganya merupakan IMPIAN dari kebayakan orang.
Lalu, dimana biasanya orang menabung?
Contoh 1;
Bapak “X” yg merupakan karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Beliau berusia 35 tahun dan telah berkeluarga serta memiliki dua orang putra.
Beliau menabung disebuah Bank.
Bulan 1 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 2 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 3 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 4 , Bapak “X” terkena penyakit kritis dan membutuhkan biaya Rp.200 Jt.
Apa yg terjadi? Apakah Bank akan memberikan dana tersebut? Bapak “X” hanya mendapatkan Rp. 6 juta dari tabungannya + Bunga. Sungguh sebuah MASALAH BESAR.
Contoh 2;
Bapak “Y” yg merupakan karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Beliau berusia 35 tahun dan telah berkeluarga serta memiliki dua orang putra.
Beliau menabung disebuah Bank + Asuransi.
Bulan 1 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 2 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 3 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 4 , Bapak “Y” terkena penyakit kritis dan membutuhkan biaya Rp.200 Jt.
Apa yg terjadi? Apakah Bank akan memberikan dana tersebut? Karena Bapak “Y” menabung pada bank yang menyertakan asuransi maka ada kemungkinan dana sebesar Rp.200 juta tersebut akan ditanggung oleh asuransinya
Apakah masalah bapak “Y” sudah selesai? BELUM.. Tentu!
Karena penyakitnya beliau tidak dapat bekerja dengan maksimal. Lalu, bagaimana dengan biaya hidup keluarganya sehari-hari? Bagaimana dengan premi yang harus dibayarnya? Bagaimana dengan tabungannya, adakah yang akan menambahkannya, BAGAIMANA dengan Impian²nya, Dana Pendidikan kedua anaknya, kelangsungan hidup keluarganya?
Adakah semua itu dapat dipenuhinya?
Ini Sungguh sebuah MASALAH BESAR!
Contoh 3;
Bapak “Bijak” yg merupakan karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Beliau berusia 35 tahun dan telah berkeluarga serta memiliki dua orang putra.
Beliau menabung disebuah “Tabungan Plus”. Tabungan yang terdiri dari Proteksi & Investasi.
Bulan 1 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 2 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 3 menabung sebesar Rp. 2 Juta
Bulan 4 , Bapak “Bijak” terkena penyakit kritis dan membutuhkan biaya Rp.200 Jt.
Apa yg terjadi?
“Tabungan Plus” akan membayarkan biaya Rp. 200 juta.
Bagaimana dengan Tabungannya?
“Tabungan Plus” akan menabungkan untuk Bapak“Bijak” sebesar Rp. 2 Juta setiap bulannya hingga Bapak“Bijak” berusia 65 tahun.
Bagaimana mungkin? Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Itu SUNGGUH Terjadi di “Tabungan Plus”.
Untuk Jelasnya silahkan hubungi:
ARIF NURYANTO, S. KOM.I
082316586865
ATAU email :ariefbagos@ymail.com
FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang
PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH


Menimbang :
Mengingat :
Memperhatikan :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : FATWA TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Umum
  1. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
  2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
  3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
  4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
  5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
  6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

Kedua: Akad dalam Asuransi
  1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau akad tabarru‘.
  2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalahmudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah.
  3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
    1. hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
    2. cara dan waktu pembayaran premi;
    3. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.

Ketiga: Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru’
  1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis);
  2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.

Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’
  1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
  2. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.

Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya
  1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
  2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.

Keenam : Premi
  1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarahdan jenis akad tabarru‘.
  2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
  3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
  4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru‘ dapat diinvestasikan.

Ketujuh : Klaim
  1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
  2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
  3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
  4. Klaim atas akad tabarru‘, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.

Kedelapan : Investasi
  1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.
  2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.

Kesembilan : Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syari’ah.
Kesepuluh : Pengelolaan
  1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
  2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).
  3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru’ (hibah).

Kesebelas : Ketentuan Tambahan
  1. Implementasi dari fatwa ini harus selalu dikonsultasikan dan diawasi oleh DPS.
  2. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
  3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 17 Oktober 2001

Sabtu, 15 November 2014

Seringkali dalam hidup terjadi suatu hal yang bersifat emergency yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Contohnya adalah ketika Anda di PHK sehingga harus mengambil dana guna membiayai hidup selama masih belum mendapatkan pekerjaan.
Itu contoh yang 'besar'. Contoh kecilnya mungkin ketika anak Anda sakit dan harus dirawat di RS yang mungkin membutuhkan dana.
Tetapi yang sering terjadi, banyak orang yang tidak memiliki dana tersebut. Ini karena setiap kali mereka mendapatkan income, mereka selalu menghabiskannya. Itulah sebabnya, seseorang yang mengalami PHK umumnya mendapatkan apa yang namanya Uang Pesangon. Uang ini bisa membiayai hidupnya selama tidak bekerja. Namun demikian, besarnya pesangon tersebut seringkali dirasakan tidak mencukupi bagi mereka yang mendapatkannya.
Jadi, tak perlu dikatakan lagi, penting sekali memiliki persediaan dana dalam rekening Anda, yang bisa digunakan sebagai dana cadangan untuk membiayai hidup Anda apabila terjadi sesuatu. Karena itu, persediaan dana ini disebut Dana Cadangan.


Besar Dana Cadangan yang dibutuhkan
Jumlah Dana Cadangan yang dibutuhkan sangat tergantung dari seberapa besar pengeluaran Anda setiap bulan, dan seberapa stabilnya penghasilan Anda.
Sebagai contoh, bila Anda bekerja dan mendapatkan penghasilan (berupa gaji) sebesar Rp 2 juta per bulan, dan memiliki pengeluaran sebesar Rp 1,5 juta per bulan, maka Anda membutukan jumlah Dana Cadangan sebesar tiga sampai enam bulan pengeluaran Anda. Ini berarti, Anda harus memiliki Dana Cadangan sebesar Rp 4,5 s/d 9 juta dalam rekening Anda sebagai persediaan apabila Anda harus mengalami kehilangan penghasilan.
Tetapi, bila penghasilan yang Anda dapatkan tidak stabil, seperti komisi yang jumlahnya tidak tetap, maka jumlah Dana Cadangan yang saya sarankan adalah sebesar 12 bulan pengeluaran bulanan. Ini berarti, bila pengeluaran Anda mencapai Rp 1,5 juta per bulan, maka Anda harus memiliki Dana Cadangan sebesar Rp 18 juta dalam rekening. Jadi intinya di sini, semakin besar risiko tidak berpenghasilan dalam pekerjaan Anda, semakin besar juga jumlah Dana Cadangan yang sebaiknya Anda miliki.


Di mana Dana Cadangan harus disimpan?
Pertanyaannya sekarang, di mana Anda harus menaruh Dana Cadangan Anda? Ada dua kategori yang harus dipenuhi sebagai tempat menyimpan Dana Cadangan tersebut:
 
  1. Aman (Anda tidak akan kehilangan uangnya dan jumlahnya tidak berkurang)
     
  2. Likuid (Anda bisa mengambilnya kapanpun tanpa dikenakan penalti).
Tentunya, deposito merupakan tempat yang aman bagi uang Anda, karena jumlah uang yang Anda masukkan tidak akan berkurang. Tetapi, deposito tidak likuid karena Anda tidak bisa mengambilnya kecuali bila sudah jatuh tempo. Bila belum jatuh tempo, maka Anda akan dikenakan penalti bila akan mengambil uang itu.
Hanya ada empat tempat yang bisa Anda gunakan untuk menyimpan Dana Cadangan Anda:
 
  1. Lemari Anda
     
  2. Tabungan di Bank
     
  3. Giro di Bank
     
  4. Reksa Dana Pasar Uang
     
Namun demikian, bila jumlah Dana Cadangan Anda memang dirasakan cukup besar, maka mungkin tidak apa-apa untuk memasukkannya sebagian ke dalam deposito, asalkan dengan masa jatuh tempo yang tidak terlalu lama, yaitu satu atau tiga bulan.


Jangan Memiliki Dana Cadangan Terlalu Banyak
Batasi jumlah Dana Cadangan Anda sampai sebesar 12 bulan pengeluaran bulanan Anda. Ini karena Dana Cadangan Anda akan disimpan dalam tempat yang bunganya kecil, atau di tempat yang tidak menghasilkan bunga sama sekali (kalau menyimpannya di lemari). Sehingga, apabila Anda memiliki jumlah Dana Cadangan yang terlalu besar, maka ini berarti sebagian dari dana Anda tidak akan produktif.


Bila Belum Memiliki Dana Cadangan
Bila Anda pada saat ini belum memiliki Dana Cadangan, maka tak ada jalan lain bagi Anda kecuali dengan menabung. Anda bisa menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan Anda, yang bisa dilakukan di muka setiap kali mendapatkan penghasilan. Dengan 'menumpuk' dana sedikit demi sedikit, maka pada akhirnya Anda akan memiliki jumlah Dana Cadangan yang Anda butuhkan. Jadi, Dana Cadangan itu mungkin tak akan langsung terkumpul, tetapi harus menunggu selama tiga, enam atau bahkan duabelas bulan. Ini tentunya masih lebih baik daripada Anda tidak memiliki Dana Cadangan sama sekali.
 

Jumat, 14 November 2014

Kalau saya anggap bahwa sebagian besar dari Anda pada saat ini masih mencicil rumah, maka sangat mungkin sekali bahwa cicilan rumah yang Anda bayar menghabiskan sekitar 30 persen dari penghasilan keluarga Anda.
Bila Anda membaca tulisan di NOVA beberapa nomor yang lalu bahwa Anda sebaiknya menabung sebelum membayar biaya hidup Anda, maka sangat mungkin pula Anda sekarang mulai melakukannya. Apa yang Anda tabung? Mungkin saja untuk pendidikan anak Anda kelak. Apakah mungkin Anda menabung sekitar 15 persen dari penghasilan Anda untuk pendidikan anak Anda kelak? Ya, sangat mungkin sekali.
Apa lagi pengeluaran yang mungkin ada? Ah, ya. Sangat mungkin sekali Anda juga membayar premi asuransi. Entah itu asuransi jiwa, kesehatan, atau kerugian (untuk rumah dan mobil Anda). Bisa saja Anda menghabiskan sekitar 20 persen dari penghasilan Anda untuk membayar asuransi-asuransi itu.


CUMA "UANG RECEH"?
Sekarang mari kita berhitung. Dengan perkiraan kondisi seperti di atas, maka total pengeluaran Anda kemungkinan akan seperti di bawah ini.
UANG MASUK
Penghasilan : 100 persen
UANG KELUAR
Cicilan Hutang : 30 persen
Tabungan Rutin : 15 persen
Premi Asuransi : 20 persen
Total : 65 persen dari penghasilan
Ini berarti, sebelum Anda sempat belanja kebutuhan hidup sehari-hari, atau sepasang sepatu atau pakaian, atau biaya transportasi sehari-hari, dan sebelum Anda membayar kebutuhan rekreasi, sekitar 65 persen dari penghasilan Anda sudah berkurang.
Dengan jumlah sisa penghasilan keluarga yang hanya 35 persen, Anda memutuskan untuk pergi makan ke restoran fast food. Sekali makan menghabiskan sepuluh ribu rupiah. "Ah... enggak ada masalah," begitu pikir Anda. Toh cuma sepuluh ribu ini.
Setelah mengeluarkan jumlah uang yang cukup besar untuk membayar cicilan rumah, menabung buat anak, dan membayar premi asuransi, apa bedanya keluar uang sepuluh ribu untuk makan di restoran? Toh itu cuma "uang receh" kata Anda.


BEDANYA BANYAK SEKALI!
Betul. Kalau Anda keluar uang sepuluh ribu rupiah setiap hari untuk makan di restoran, atau beli cokelat, bahkan beli majalah atau apa pun, maka dalam duapuluh tahun saja Anda akan keluar uang Rp 206 juta! Itu dengan asumsi bahwa setiap tahun harga-harga naik sebesar 10 persen per tahun. Bayangkan, itu adalah jumlah "uang receh" yang Anda keluarkan setiap hari.
Karena itu, saran saya kali ini adalah: jangan meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil yang Anda lakukan setiap hari, sekecil apa pun. Tetap kendalikan pengeluaran dalam keluarga Anda. Kalau Anda mencicil rumah, mobil, atau menabung secara rutin untuk anak Anda setiap bulan, Anda tentunya tidak mengontrol pengeluaran tersebut setiap hari.
Tapi untuk pengeluaran-pengeluaran lainnya, maka biasanya Anda lakukan setiap hari. Karena itu, tidak ada salahnya jika pengontrolan terhadap pengeluaran-pengeluaran kecil itu juga dilakukan setiap hari.
Saya tidak menyarankan Anda untuk berhenti makan di restoran. Saya juga tidak menyarankan Anda untuk tidak membeli majalah, beli cokelat atau apa pun. Yang saya sarankan untuk Anda adalah agar Anda mengendalikan pengeluaran-pengeluaran kecil Anda. Karena bila Anda tidak mengendalikannya, maka Anda sendirilah yang akan rugi karena Anda akan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk hal-hal yang belum tentu penting.

Nah, setiap kali Anda datang ke supermarket, restoran, toko baju, atau apa pun itu, tanyakan kepada diri Anda pertanyaan sebagai berikut: apakah pengeluaran yang saya lakukan ini akan membantu saya mencapai tujuan-tujuan keuangan saya?
Sumber:
www.perencanakeuangan.com

Kalau saja sekarang saya minta Anda menuliskan pengeluaran-pengeluaran apa yang rutin Anda lakukan sehari-hari, apa yang akan Anda tulis? Pastinya Anda akan menuliskan pos-pos pengeluaran seperti makan, transpor, sekolah anak, telepon, air, listrik, dan hal-hal semacam itu. Betul, kan?
Betul. Tapi kalau dilihat lagi, sebetulnya ada dua pos pengeluaran "tersembunyi". Pengeluaran ini mungkin jarang atau tidak pernah disebut, tapi hampir selalu muncul tiap bulannya. Situasi inilah yang biasanya sering menyebabkan banyak dari kita "terjebak" dalam hutang dan tidak bisa menabung. Saya sarankan Anda untuk mengantisipasi munculnya dua pos pengeluaran tak terduga itu. Inilah mereka.


Pos Pengeluaran Nomor 1: Perbaikan
Ketika saya bertanya kepada banyak orang tentang kenapa mereka terjebak ke dalam hutang, mereka seringi menjawab seperti ini, "Mobil saya rusak, nih. Saya mesti keluar uang Rp 650 ribu untuk perbaikannya. Jadi saya pakai kartu kredit saya untuk mbayar. Sekarang saya musti nyicil Rp 100 ribu setiap bulannya untuk ngelunasin hutang itu. Makanya sekarang saya enggak bisa nabung. Tapi segera setelah hutang itu beres, saya pasti bisa nabung dan keadaan keuangan saya pasti bisa jadi baik lagi."
Benar begitu? Tidak sepenuhnya. Mereka bekerja keras, membayar Rp 100 ribu setiap bulan untuk melunasi hutang kartu kredit itu, dan coba tebak apa yang berikutnya terjadi? Atap rumahnya bocor. Sementara hujan sedang sering-sering turun. Mereka naik ke atas genteng, dan melihat ada empat genteng yang rusak dan harus diganti. Wah, harus keluar uang lagi kan?
Mungkin tidak perlu pakai kartu kredit kalau membeli genteng di toko material, tapi tetap harus pakai uang juga kan? "Oke," katanya. "Segera setelah urusan genteng ini beres, dan hutang saya ke kartu kredit lunas, keadaan keuangan saya pasti jadi baik lagi."
Oh ya? Ternyata tidak juga. Mereka keluar uang untuk membeli sejumlah genteng baru, sambil tetap membayar hutang kartu kredit. Tapi coba tebak apa yang berikutnya terjadi?
  • "Lo, mesin cuci rusak? Wah, mesti panggil tukang servis nih. Nanti repot kan kalau nyuci tanpa pakai mesin cuci? Bisa pegal-pegal tangan ini."

  • "Teve, kok, mati! Waduh, teve itu satu-satunya hiburan di rumah ini. Mana sinetronnya bagus-bagus lagi. Cepat bawa ke tempat servis. Berapa pun ongkos perbaikannya kita bayar."

  • "Si Upik sakit demam enggak sembuh-sembuh. Harus ke dokter anak. Belum lagi beli obatnya."


  • Belum lagi bohlam putus, keran bocor, dan sebagainya.
    Ada banyak contoh kejadian yang membuat Anda tidak bisa tinggal diam dan harus memperbaiki hal-hal yang rusak tersebut.
    Ya, begitulah hidup ini. Namanya saja hidup, ada banyak hal yang bisa terjadi. Tapi tetap saja ketika sesuatu itu betul-betul terjadi, orang sering merasa kaget seolah-olah tidak menyangka hal itu akan terjadi. Padahal sudah jelas: kalau Anda membeli teve, maka pasti ada suatu saat di mana teve Anda akan rusak, kan? Begitu pula jika Anda membeli mesin cuci atau benda-benda elektronik lainnya.
    Hidup ini penuh risiko. Hampir tiap bulan Anda pasti akan keluar uang untuk membiayai perbaikan-perbaikan tak terduga tersebut. Jadi kenapa Anda kaget dan mengatakan bahwa segera setelah Anda membayar segala perbaikan itu, keadaan keuangan Anda akan baik kembali? Orang tiap bulan pasti ada saja, kok, yang harus diperbaiki.
    Sama seperti negara ini. Kalau Anda selalu mengeluh bahwa negara kita ini selalu didera masalah, saya berani mengatakan bahwa yang namanya kehidupan bernegara pasti ada saja masalahnya. Tidak ada negara yang tidak memiliki masalah. Semua negara ­ dari waktu ke waktu - pasti memiliki masalah. Yang berbeda hanya tingkat kesulitan dan jenis masalahnya.
    Begitu juga dengan kehidupan Anda. Pasti ada saja masalah yang akan muncul dalam kehidupan keluarga Anda sehari-hari. Termasuk dalam hal keuangan. Jadi kenapa Anda kaget? Saran saya, antisipasi masalah perbaikan ini dalam anggaran bulanan keluarga yang Anda buat setiap bulannya.


    Pos Pengeluaran Nomor 2: Hadiah
    Apakah Anda termasuk orang yang suka membagikan amplop (berisi uang tentunya) ketika Lebaran datang? Beli baju, celana atau sepatu baru untuk anak atau keponakan Anda? Nah, sekarang coba hitung berapa jumlah uang yang Anda keluarkan untuk itu. Itulah jumlah uang yang harus Anda keluarkan setahun sekali setiap Lebaran datang.
    Itu baru Lebaran lho. Bagaimana dengan acara ulang tahun? Siapa teman-teman yang Anda tahu akan berulang tahun bulan ini? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat mereka. Jangan lupa pula dengan undangan pernikahan? Saya rasa tiap bulan Anda mungkin mendapatkan paling tidak dua atau tiga undangan pernikahan di mana Anda ­ mau tidak mau ­ harus mengeluarkan amplop untuk diberikan kepada si pengantin baru.
    Jangan lupa pula dengan kelahiran anak. Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat si anak yang baru saja lahir.
    Pendeknya, ada banyak anggota keluarga atau teman Anda yang akan merayakan hari-hari seperti itu. Makin banyak teman atau anggota keluarga yang Anda miliki, akan makin banyak pula pemberian hadiah yang akan Anda lakukan. Jadi saran saya, antisipasi juga pengeluaran yang akan Anda lakukan untuk pembelian hadiah dalam anggaran bulanan keluarga Anda.
     
    KENDALIKAN DIRI ANDA  
    Bicara soal pemberian hadiah, kenapa Anda tidak mengendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah? Coba Anda ingat kembali, dalam tiga sampai enam bulan terakhir ada berapa uang yang telah Anda keluarkan untuk pemberian hadiah? Bisa jadi jumlahnya tak terduga.
    Mungkin Anda merasa bahwa Anda tidak punya pilihan lain. Anda merasa harus memberikan hadiah untuk orang-orang tersebut, karena hubungan Anda dengan mereka sangat dekat. Masalahnya, bagaimana jika kondisi keuangan Anda sedang sangat sulit? Katakanlah, Anda sedang mengalami masalah hutang yang cukup serius. Dalam hal ini, saya sarankan Anda tidak mengeluarkan banyak uang untuk pos-pos pengeluaran yang sifatnya tidak wajib.
    Pemberian hadiah, umumnya merupakan pos pengeluaran yang tidak wajib. Apalagi jika orang yang akan kita beri hadiah sebenarnya adalah orang yang kondisi keuangannya lebih mampu dari kita. Lucunya, ada saja orang yang merasa gengsi kalau tidak memberi hadiah mahal saat diundang ke pernikahan orang kaya. Sementara jika yang mengundang bukan orang kaya, dia malah memberi kado yang ala kadarnya.
    Saya tidak menyarankan Anda untuk bersikap pelit. Kalau Anda cukup punya uang dan tidak sedang memiliki masalah hutang, tentu Anda bisa dibilang pelit kalau tidak pernah mau memberi hadiah. Tapi bila Anda sedang berada dalam masalah hutang yang cukup parah, maka tidak memberikan hadiah (atau menekan pengeluaran untuk pos hadiah) adalah pilihan yang sangat bijaksana. Kendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah. Itu saja saran saya.

    Sumber: www.perencanakeuangan.com

  • Meski tidak pernah diinginkan terjadi dalam keuangan keluarga ataupun perusahaan, defisit itu seringkali tidak bisa dihindari. Bahkan uniknya, seringkali defisit terjadi berulang-ulang dan dari bulan ke bulan tanpa bisa dihentikan. Defisit adalah suatu kondisi di mana pengeluaran keluarga Anda lebih besar daripada pemasukan.
    Karena itu, bila pemasukan Anda adalah Rp 2 juta per bulan, maka akan lebih baik bila pengeluaran Anda lebih kecil daripada Rp 2 juta. Karena bila pengeluaran Anda lebih dari Rp 2 juta (terjadi defisit), maka selisihnya mungkin harus Anda ambil dari simpanan yang Anda miliki, entah dari tabungan, deposito atau simpanan yang lain. Bila yang terjadi pengeluaran Anda terus menerus melebihi pemasukan Anda tiap bulan, jelas: simpanan Anda akan berkurang terus sehingga lama kelamaan akan habis.
    Karena itu, penting sekali bagi Anda untuk bisa mengatur pengeluaran agar tetap lebih rendah dari pemasukan. Dengan demikian, simpanan Anda tidak akan berkurang, bahkan sebaliknya: Anda jadi bisa menabung dan simpanan Anda akan terus bertambah. Gambarannya seperti di bawah ini:
    Pemasukan Rp 1.000
    Pengeluaran Rp 900
    --------------------
    Selisih Rp 100
    Jadi, kalau dilihat dari sisi pengeluaran, semakin rendah pengeluaran yang Anda lakukan setiap bulan, maka akan semakin besar pula selisih uang yang akan Anda miliki, sehingga makin besar pula jumlah uang yang bisa Anda tabung.
    Masalah yang sering muncul disini adalah bahwa tidak semua orang bisa dengan cukup mudah menekan pengeluarannya. Ini terutama lebih terasa bila seseorang sudah berkeluarga. Sebuah keluarga seringkali memiliki pengeluaran yang cukup besar setiap bulannya sehingga tidak ada uang yang bisa ditabung.
    Yang tidak disadari, seringkali pengeluaran yang besar tersebut terjadi karena banyaknya pos-pos pengeluaran yang jumlahnya berlebihan. Berdasarkan pengalaman saya dalam memberikan Konsultasi Keuangan Lisan kepada klien, ada beberapa pos pengeluaran yang seringkali memiliki jumlah yang terlalu besar. Inilah mereka.
    1. TAGIHAN TELEPON
      Tagihan telepon termasuk pos yang sering membengkak karena seringkali telepon dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif. Jangankan ABG atau remaja, orang dewasa saja cukup sering menggunakan telepon hanya untuk ngobrol yang tidak tentu arah hingga berjam-jam lamanya. Belum lagi bila kebiasaan itu dilakukan hampir setiap hari. Kalau masih lokal sih tidak apa-apa. Tapi terkadang seringkali dilakukan dari telepon rumah ke ponsel yang dihitung sebagai interlokal.
      Penyebab lain yang bisa membuat tagihan telepon bengkak adalah seringnya penggunaan JAPATI. Buat Anda yang belum tahu, JAPATI adalah singkatan dari Jasa Pintar Teknologi Informasi, sebuah jasa layanan hiburan melalui telepon. Banyak orang tertarik menggunakan jasa ini karena kentalnya unsur hiburan dan ­ kadang-kadang ­ adanya hadiah. Tarif penggunaan Japati ­ yang nomornya biasa dimulai dengan angka 0800, 0805, 0807 dan 0809 ini ­ bisa berkisar sebesar Rp 1.500 ­ Rp 3.300 per menit. Dengan pengenaan tarif seperti itu, wajar bila tarif telepon bisa membengkak tidak karuan.
      Apa lagi? Internet. Internet adalah salah satu penyebab yang juga bisa membuat Tagihan Telepon Anda menjadi bengkak. Umumnya, penggunaan internet bisa dibagi menjadi beberapa tujuan. Yang pertama adalah untuk penggunaan e-mail (surat elektronik). Yang kedua adalah untuk penggunaan web-browsing (pencarian situs). Sedangkan yang ketiga adalah untuk chatting (bercakap-cakap). Dari ketiganya, biasanya yang terakhirlah (chatting) yang paling berpotensi menggendutkan tagihan telepon Anda. Barulah disusul web-browsing, dan - yang paling tidak membuat Tagihan Telepon Anda bengkak - adalah untuk penggunaan e-mail.


       
    2. BUSANA DAN AKSESORINYA
      Selain telepon, pengeluaran besar berikutnya yang sering terjadi adalah pengeluaran untuk membeli busana dan aksesoris. Yang dimaksud adalah barang-barang penutup dan penghias tubuh. Contohnya seperti baju, celana, ikat pinggang, jam tangan, kaus kaki, sepatu, atau tas. Kadang-kadang, masih ditambah dengan jas atau blazer, kemudian jaket, denim atau cardigan.
      Kita tidak bisa menutup mata bahwa kadang-kadang gengsi memegang peranan penting dalam pembelian busana dan aksesori. Banyak orang yang ­ karena gengsi ­ membeli busana dan aksesori karena merek yang cukup terkenal. Padahal banyak merek lain yang tidak kalah bagus yang bisa dibeli dengan harga yang lebih terjangkau.
      Selain itu, adanya keinginan seseorang untuk tampil rapi, necis, sering membuat orang membeli busana dan aksesori secara berlebihan dalam hal kuantitas. Padahal, belum tentu busana dan aksesoris tersebut akan selalu dipakai. Saya ingat bahwa saya pernah ­ karena lapar mata - membeli sebuah tas yang harganya cukup mahal, yang ternyata hanya saya pakai beberapa kali saja, sebelum akhirnya tas itu teronggok dengan manisnya di kamar tidur saya dan tak pernah dipakai lagi.


       
    3. BARANG-BARANG ELEKTRONIK
      Pembelian barang-barang elektronik kadang-kadang juga bisa menghabiskan biaya yang cukup besar. Bukan karena tingginya harga barang tersebut, tetapi karena sering pembeliannya dilakukan berulang, padahal barang itu sudah ada sebelumnya di rumah. Dari pengalaman saya selama ini dalam menghadapi klien, barang yang pembeliannya sering dilakukan berulang adalah stereo set/radio-tape dan telepon seluler.
      Penyebab utama seringnya barang-barang elektronik dibeli secara berulang adalah karena gencarnya iklan. Banyaknya iklan ponsel yang di media massa misalnya, sering membuat orang membeli ponsel sampai beberapa kali. Sampai-sampai tidak jarang kita melihat ada orang yang punya dua atau tiga ponsel sekaligus, padahal belum tentu keberadaan ponsel tersebut dia butuhkan semuanya. Hal yang sama juga terjadi pada radio-tape.


       
    4. HADIAH DAN SUMBANGAN
      Tidak bisa dipungkiri, terkadang pengeluaran untuk pemberian hadiah atau sumbangan seringkali sangat besar. Untuk hadiah misalnya, kita seringkali memberikan baju, celana, atau sepatu baru kepada anak atau keponakan. Belum lagi bila Anda datang ke sebuah undangan pernikahan. Coba hitung, berapa kali dalam sebulan Anda datang ke sebuah kondangan? Anda tentunya akan memberikan amplop kepada si pengantin baru. Itu baru undangan kawin. Bagaimana dengan acara ulang tahun? Berapa kali dalam sebulan ada teman Anda yang berulang tahun? Bila teman Anda berulang tahun dan mentraktir Anda makan, maka Anda mungkin akan merasa tidak enak kalau tidak memberikannya hadiah. Bagaimana dengan kelahiran anak? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat si anak yang baru saja lahir.
    Nah, mudah-mudahan setelah mengetahui pos-pos pengeluaran apa saja dalam keluarga yang seringkali membengkak tak terduga, Anda bisa mendeteksi dan menyusun perencanaan keuangan yang lebih baik.
     
    DEFISIT,
    SI SUMBER MASALAH

     
    Dari pengalaman saya selama ini dalam melayani klien, saya bisa katakan bahwa defisit (pengeluaran lebih besar daripada pemasukan) adalah sumber dari hampir segala masalah keuangan. Kenapa? Sederhana sekali. Dengan adanya pengeluaran yang lebih besar daripada pemasukan, maka...
    1. Simpanan Anda akan dipakai untuk menutup defisit tersebutt, sehingga lama kelamaan simpanan Anda akan terus berkurang dan suatu saat habis. Dan bila simpanan Anda tersebut sudah habis, maka...

    2. Anda akan menjual harta benda Anda untuk menambah simpanan tunai Anda, sehingga lama kelamaan harta benda Anda juga akan habis dijual. Bila simpanan serta harta benda Anda juga sudah habis, maka...

    3. Anda akan pinjam uang dari sana-sini. Dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kalau simpanan uang Anda habis, harta benda Anda habis, dan Anda punya hutang disana-sini, maka akibat yang akan muncul adalah:
      * Berkurangnya rasa aman karena tidak memiliki simpanan uang di dalam rekening
      * Munculnya pertengkaran dengan pasangan Anda karena simpanan uang keluarga habis terpakai dan harta benda keluarga habis dijual
      * Turunnya rasa percaya diri karena Anda harus seringkali pinjam uang ke sana-sini
      * Munculnya perasaan malu karena didatangi oleh seorang debt collector yang ingin menagih hutang
      Semua itu tentunya bisa menjadi pemicu dari segala macam masalah keluarga.
      Jadi bisa dilihat bahwa masalah keuangan merupakan salah satu penyebab terbesar dari munculnya masalah-masalah keluarga. Dan semua itu, bila dirunut, penyebabnya ternyata hanya satu: karena pengeluaran Anda lebih besar daripada pemasukan!



    "Beranikah saya mengambil risiko dalam berinvestasi?" Pertanyaan ini mungkin sering terlontar bila Anda sedang menimbang-nimbang untuk melakukan investasi. Katakan Anda punya uang Rp 10 juta, dan Anda bingung apakah akan menaruhnya di bank atau di tempat lain. Kalau ditaruh di bank, Anda mungkin merasa aman. Tetapi kadang-kadang, tawaran investasi di tempat lain seringkali cukup besar dan sangat menggoda, sehingga ini kadang-kadang menakutkan Anda.
    Yang namanya investasi pasti ada risikonya. Nah, dari pengalaman saya selama ini, biasanya hanya ada tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi:
    1. Turunnya Nilai Investasi
      Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya risiko pasti ada dalam setiap investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil. Itu mungkin butuh pembahasan yang khusus di NOVA nomor-nomor mendatang. Yang jelas, satu hal yang paling ditakuti orang, sekali lagi adalah: "Apakah uang saya akan hilang?"
      Oke, sekarang kalau Anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 30 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, kan?

       
    2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
      Risiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
      Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak selalu mudah dijual kembali karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
      Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.

       
    3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
      Bayangkan kalau Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
      Iya dong, beberapa dari Anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.
      Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin Anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.

    Selamat berinvestasi!

    Rabu, 12 November 2014


    Assalamualaikum wr. wb.,
    Saya seorang ayah beranak dua. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan penerbitan dengan penghasilan sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Belakangan ini saya banyak mendapat tawaran untuk ikut program asuransi link yang menjanjikan keuntungan sangat menggiurkan. Bahkan, menurut sejumlah perusahaan asuransi, program asuransi link ini jauh lebih menguntungkan dibanding dengan menabung biasa. Bagaimana sebaiknya menurut Bapak, apakah sisa bulanan yang bisa saya sisihkan setiap bulannya sebaiknya ditabung di bank atau ikut program asuransi link.
    Terima kasih atas saran Bapak.
    Wass. Wr Wb.
    Rahmat
    Pancoran, Jakarta Selatan


    Jawab:
    Wa'alaikumussalam wr. wb.
    Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kekurannya masing-masing. Untuk menentukan pilihan yang tepat, tentu saja kita harus mengenali karakteristiknya. Mari kita pelajari satu-persatu:
    1. Unit Link
      Inti dari unit link adalah investasi yang diproteksi. Anda dapat melakukan investasi pada unit link sebagaimana investasi pada reksa dana. Anda membeli sejumlah unit penyertaan untuk kemudian dana Anda akan diinvestasikan kembali oleh perusahaan unit link melalui manajer investasi. Jika terjadi musibah pada diri Anda, maka unit link itu akan memberikan santunan seperti layaknya pada asuransi. Selain itu, ahli waris Anda juga tetap akan mendapatkan hasil investasi yang Anda targetkan sejak semula tanpa perlu lagi membayar premi. Cara kerja seperti ini memiliki kemiripan dengan reksa dana plus asuransi. Asuransinya pun biasanya bukan cuma asuransi jiwa, tapi juga masih ditambah dengan asuransi lain seperti asuransi kesehatan dan penyakit kritis. Tidak semua premi yang Anda bayarkan dijadikan sebagai investasi Anda, sebagiannya adalah premi untuk proteksi, oleh karenanya Anda mesti membayar lebih. Memang secara relatif unit link bisa memberikan hasil investasi yang lebih tinggi dibandingkan bank, tapi ingat resiko ditanggung sendiri. Anda bisa saja kehilangan dana investasi Anda jika ternyata investasi yang dilakukan manajer investasi tersebut merugi. Selain itu, perlu juga Anda tanyakan mengenai pencairan dananya, apakah bisa dilakukan setiap saat atau tidak.
       
    2. Tabungan/Deposito di bank
      Produk investasi pada perbankan bisa berupa tabungan atau deposito. Tabungan bisa Anda tarik setiap saat, lain halnya dengan deposito yang harus menunggu jatuh tempo. Walau hasilnya relatif lebih kecil, namun sampai saat ini simpanan di perbankan masih dijamin pemerintah jika terjadi apa-apa dengan banknya. Jadi relatif lebih aman.

    Mana yang sebaiknya Anda pilih?
    Tentu saja ini akan sangat tergantung dengan kebutuhan Anda. Jika Anda bermaksud untuk melakukan investasi dengan hasil yang lebih tinggi dan sanggup menanggung kerugian sampai batas tertentu, kenapa tidak coba unit link saja. Namun jika Anda lebih mengutamakan likuiditas dana daripada hasil yang tinggi, maka tabungan menjadi lebih cocok bagi Anda.