Rabu, 12 November 2014


Bapak ARIF Yth,
Kami ingin menanyakan informasi yang lengkap sehubungan dengan adanya penawaran investasi dengan bagi hasil. Kami mendapat tawaran investasi dengan hasil 7 persen per bulan, sangat menggiurkan memang, setahun berarti 84 persen, hampir 100 persen. Masalahnya informasinya hanya dari mulut ke mulut, katanya usahanya di bidang distribusi sebuah BUMN ternama yang berkedudukan di Bandung (perusahaan, nama dan pengurusnya kami tidak tahu). Tapi, banyak teman-taman lain, terutama yang di Bandung, sudah menikmati hasilnya sekitar setahun lebih. Kami baru ditawari sekitar dua bulan lalu dan banyak teman yang berminat. Perhitungan kami dengan investasi Rp 20 juta akan mendapat hasil Rp 1,4 juta per bulan. Sedangkan, untuk angsuran bank (kalau dananya dari pinjaman) sekitar Rp 700 ribu. Bagaimana menurut bapak  punya referensi atau saran untuk kami? Kami menunggu jawaban dan terima kasih banyak.
Irwan (via email)


Jawab:
Penawaran investasi seperti ini memang sering kali menggiurkan. Dengan menyetorkan sejumlah dana, kita bisa mendapatkan hasil tanpa harus bekerja dan menanggung resiko. Apalagi hasil yang ditawarkan cukup tinggi, sampai 84 persen per tahun. Ditambah lagi dengan pengakuan teman-teman Anda yang sudah menikmati hasilnya.
Untuk menyikapinya, saya rasa Anda perlu mengesampingkan dulu bayangan akan besarnya hasil yang dijanjikan dan kita kembalikan ke mekanisme investasinya. Seperti apa mekanisme investasi yang ditawarkan. Apakah pinjaman berbunga dimana Anda meminjamkan sejumlah uang dan mendapatkan keuntungan berupa pengembalian pokok plus bunganya. Atau apakah ini adalah kerja sama penyertaan modal tempat Anda menyetorkan uang sebagai modal untuk digunakan sebagai modal usaha. Dan secara periodik, Anda akan mendapatkan bagi hasil dari usaha tersebut sampai modal tersebut ditarik kembali. Kalau mekanismenya seperti pinjaman berbunga.
Maka dana pinjaman Anda akan tetap menjadi hak Anda tanpa terpengaruh dengan hasil usahanya. Berapapun hasil usahanya Anda akan menerima kembali pinjaman tersebut berikut bunganya. Atau dapat dikatakan Anda tidak ikut menanggung resiko usaha. Artinya, ini sama saja dengan pinjaman bank. Lalu kenapa pengusaha itu berani membayar bunga yang lebih tinggi daripada bunga bank? Jika Anda sendiri menjadi seorang pengusaha, bukankah akan lebih menguntungkan kalau mengambil pinjaman di bank dengan bunga yang lebih rendah. Kalau tawarannya tidak logis seperti ini, tinggalkan saja, paling-paling pepesan kosong. Lain halnya dengan alternatif mekanisme kedua dimana Anda akan diminta untuk ikut menanggung resiko. Karena Anda menanamkan modal ke dalam usaha, maka Anda juga akan diminta untuk ikut menanggung resiko usaha.
Kalau usahanya maju, Anda akan menerima bagi hasil yang besar. Kalau usahanya sedang lesu, maka bagi hasil untuk Anda juga ikut turun. Artinya, hasil investasinya sangat tergantung dengan hasil usahanya. Coba tanyakan kembali apakah angka 7 persen itu adalah perkiraan atau kepastian. Jika persentase hasil ini adalah kepastian yang dijanjikan oleh perusahaan tersebut, maka ini adalah pinjaman berbunga dan kita sudah lihat kalau penawaran ini kurang masuk akal karena sangat tinggi dibandingkan pinjaman bank. Kalau angka itu adalah perkiraan saja dan angka hasil sesungguhnya baru akan diketahui setelah usahanya berjalan, maka ini adalah bagi hasil. Bagi hasil yang setara dengan 7 persen mungkin saja terjadi, tapi tentunya juga dengan asumsi bahwa usahanya sendiri mendapatkan hasil yang lebih besar lagi dari itu.
Sekarang pertanyaannya, apakah betul hasil usaha tersebut bisa memberikan hasil bersih setidaknya 14 persen dalam satu bulan. Dan apakah semua keuntungannya bisa diperoleh dengan tunai setiap bulan karena bagi hasilnya juga setiap bulan. Ini yang harus Anda selidiki terlebih dahulu. Coba pelajari dengan baik sistem usahanya. Jika usahanya bergerak dalam bidang distribusi, darimana dan dengan harga berapa barangnya dibeli. Lalu kemana dengan harga berapa barang tersebut dijual. Lalu biaya-biaya apa saja yang akan terjadi. Minta perusahaan tersebut untuk menjelaskan hal ini dan pastikan penjelasannya dapat dimengerti dan angkanya juga memang logis. Kalau Anda tidak mengerti dengan penjelasannya atau angkanya tidak logis, abaikan saja tawaran tersebut.

Satu hal lagi yang menjadi catatan adalah kemampuan usaha dalam menyerap modal. Kalau perusahaan itu tidak membatasi penyertaan modal yang masuk, dapat dicurigai dananya akan dilarikan ke tempat lain, abaikan juga tawaran seperti ini. Setiap usaha pasti memiliki batasan modal yang bisa dipakai. Batas perusahaan agribisnis adalah lahan yang dikelola. Kalau semua lahan sudah ditanami buat apa lagi terus menerima uang masuk. Distributor juga memiliki batasan pasokan dan pasar. Buat apa modal yang besar kalau pasokan barangnya dan pasarnya terbatas. Saya sarankan agar Pak Irwan mencari informasi lebih banyak dan jangan mudah tergiur dahulu dengan hasilnya. Anda bisa membuat pertimbangan yang logis jika informasinya sudah lengkap.  

0 comments:

Posting Komentar