Kalau saja sekarang saya minta Anda
menuliskan pengeluaran-pengeluaran apa yang rutin Anda lakukan sehari-hari, apa
yang akan Anda tulis? Pastinya Anda akan menuliskan pos-pos pengeluaran seperti
makan, transpor, sekolah anak, telepon, air, listrik, dan hal-hal semacam itu.
Betul, kan?
Betul. Tapi kalau dilihat lagi, sebetulnya
ada dua pos pengeluaran "tersembunyi". Pengeluaran ini mungkin jarang atau tidak
pernah disebut, tapi hampir selalu muncul tiap bulannya. Situasi inilah yang
biasanya sering menyebabkan banyak dari kita "terjebak" dalam hutang dan tidak
bisa menabung. Saya sarankan Anda untuk mengantisipasi munculnya dua pos
pengeluaran tak terduga itu. Inilah mereka.
Pos Pengeluaran Nomor 1: Perbaikan
Pos Pengeluaran Nomor 1: Perbaikan
Ketika saya bertanya kepada banyak orang
tentang kenapa mereka terjebak ke dalam hutang, mereka seringi menjawab seperti
ini, "Mobil saya rusak, nih. Saya mesti keluar uang Rp 650 ribu untuk
perbaikannya. Jadi saya pakai kartu kredit saya untuk mbayar. Sekarang saya
musti nyicil Rp 100 ribu setiap bulannya untuk ngelunasin hutang itu. Makanya
sekarang saya enggak bisa nabung. Tapi segera setelah hutang itu beres, saya
pasti bisa nabung dan keadaan keuangan saya pasti bisa jadi baik lagi."
Benar begitu? Tidak sepenuhnya. Mereka
bekerja keras, membayar Rp 100 ribu setiap bulan untuk melunasi hutang kartu
kredit itu, dan coba tebak apa yang berikutnya terjadi? Atap rumahnya bocor.
Sementara hujan sedang sering-sering turun. Mereka naik ke atas genteng, dan
melihat ada empat genteng yang rusak dan harus diganti. Wah, harus keluar uang
lagi kan?
Mungkin tidak perlu pakai kartu kredit
kalau membeli genteng di toko material, tapi tetap harus pakai uang juga kan?
"Oke," katanya. "Segera setelah urusan genteng ini beres, dan hutang saya ke
kartu kredit lunas, keadaan keuangan saya pasti jadi baik lagi."
Oh ya? Ternyata tidak juga. Mereka keluar
uang untuk membeli sejumlah genteng baru, sambil tetap membayar hutang kartu
kredit. Tapi coba tebak apa yang berikutnya terjadi?
"Lo, mesin cuci rusak? Wah, mesti
panggil tukang servis nih. Nanti repot kan kalau nyuci tanpa pakai mesin cuci?
Bisa pegal-pegal tangan ini."
"Teve, kok, mati! Waduh, teve itu satu-satunya hiburan di rumah ini. Mana sinetronnya bagus-bagus lagi. Cepat bawa ke tempat servis. Berapa pun ongkos perbaikannya kita bayar."
"Si Upik sakit demam enggak sembuh-sembuh. Harus ke dokter anak. Belum lagi beli obatnya."
Belum lagi bohlam putus, keran bocor, dan sebagainya.
Ada banyak contoh kejadian yang membuat
Anda tidak bisa tinggal diam dan harus memperbaiki hal-hal yang rusak tersebut.
Ya, begitulah hidup ini. Namanya saja
hidup, ada banyak hal yang bisa terjadi. Tapi tetap saja ketika sesuatu itu
betul-betul terjadi, orang sering merasa kaget seolah-olah tidak menyangka hal
itu akan terjadi. Padahal sudah jelas: kalau Anda membeli teve, maka pasti ada
suatu saat di mana teve Anda akan rusak, kan? Begitu pula jika Anda membeli
mesin cuci atau benda-benda elektronik lainnya.
Hidup ini penuh risiko. Hampir tiap bulan
Anda pasti akan keluar uang untuk membiayai perbaikan-perbaikan tak terduga
tersebut. Jadi kenapa Anda kaget dan mengatakan bahwa segera setelah Anda
membayar segala perbaikan itu, keadaan keuangan Anda akan baik kembali? Orang
tiap bulan pasti ada saja, kok, yang harus diperbaiki.
Sama seperti negara ini. Kalau Anda selalu
mengeluh bahwa negara kita ini selalu didera masalah, saya berani mengatakan
bahwa yang namanya kehidupan bernegara pasti ada saja masalahnya. Tidak ada
negara yang tidak memiliki masalah. Semua negara dari waktu ke waktu - pasti
memiliki masalah. Yang berbeda hanya tingkat kesulitan dan jenis masalahnya.
Begitu juga dengan kehidupan Anda. Pasti
ada saja masalah yang akan muncul dalam kehidupan keluarga Anda sehari-hari.
Termasuk dalam hal keuangan. Jadi kenapa Anda kaget? Saran saya, antisipasi
masalah perbaikan ini dalam anggaran bulanan keluarga yang Anda buat setiap
bulannya.
Pos Pengeluaran Nomor 2: Hadiah
Pos Pengeluaran Nomor 2: Hadiah
Apakah Anda termasuk orang yang suka
membagikan amplop (berisi uang tentunya) ketika Lebaran datang? Beli baju,
celana atau sepatu baru untuk anak atau keponakan Anda? Nah, sekarang coba
hitung berapa jumlah uang yang Anda keluarkan untuk itu. Itulah jumlah uang yang
harus Anda keluarkan setahun sekali setiap Lebaran datang.
Itu baru Lebaran lho. Bagaimana dengan
acara ulang tahun? Siapa teman-teman yang Anda tahu akan berulang tahun bulan
ini? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat mereka. Jangan lupa pula dengan
undangan pernikahan? Saya rasa tiap bulan Anda mungkin mendapatkan paling tidak
dua atau tiga undangan pernikahan di mana Anda mau tidak mau harus
mengeluarkan amplop untuk diberikan kepada si pengantin baru.
Jangan lupa pula dengan kelahiran anak.
Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman Anda yang akan
melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga buat si anak yang
baru saja lahir.
Pendeknya, ada banyak anggota keluarga atau
teman Anda yang akan merayakan hari-hari seperti itu. Makin banyak teman atau
anggota keluarga yang Anda miliki, akan makin banyak pula pemberian hadiah yang
akan Anda lakukan. Jadi saran saya, antisipasi juga pengeluaran yang akan Anda
lakukan untuk pembelian hadiah dalam anggaran bulanan keluarga Anda.
KENDALIKAN DIRI ANDA
Bicara soal pemberian hadiah, kenapa Anda tidak
mengendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah? Coba Anda ingat kembali, dalam
tiga sampai enam bulan terakhir ada berapa uang yang telah Anda keluarkan untuk
pemberian hadiah? Bisa jadi jumlahnya tak terduga.
Mungkin Anda merasa bahwa Anda tidak punya
pilihan lain. Anda merasa harus memberikan hadiah untuk orang-orang tersebut,
karena hubungan Anda dengan mereka sangat dekat. Masalahnya, bagaimana jika
kondisi keuangan Anda sedang sangat sulit? Katakanlah, Anda sedang mengalami
masalah hutang yang cukup serius. Dalam hal ini, saya sarankan Anda tidak
mengeluarkan banyak uang untuk pos-pos pengeluaran yang sifatnya tidak wajib.
Pemberian hadiah, umumnya merupakan pos
pengeluaran yang tidak wajib. Apalagi jika orang yang akan kita beri hadiah
sebenarnya adalah orang yang kondisi keuangannya lebih mampu dari kita. Lucunya,
ada saja orang yang merasa gengsi kalau tidak memberi hadiah mahal saat diundang
ke pernikahan orang kaya. Sementara jika yang mengundang bukan orang kaya, dia
malah memberi kado yang ala kadarnya.
Saya tidak menyarankan Anda untuk bersikap
pelit. Kalau Anda cukup punya uang dan tidak sedang memiliki masalah hutang,
tentu Anda bisa dibilang pelit kalau tidak pernah mau memberi hadiah. Tapi bila
Anda sedang berada dalam masalah hutang yang cukup parah, maka tidak memberikan
hadiah (atau menekan pengeluaran untuk pos hadiah) adalah pilihan yang sangat
bijaksana. Kendalikan diri Anda dalam memberikan hadiah. Itu saja saran saya.
Sumber: www.perencanakeuangan.com
Sumber: www.perencanakeuangan.com
0 comments:
Posting Komentar